Jika Kenyataan Tidak Sesuai Harapan


Tidak ada ijab kabul yang sempurna. Dan tak ada pasangan yang sempurna. Walaupun begitu, kebanyakan orang berfantasi ibarat apa seharusnya pasangan mereka. Itu memang fantasi yang menyenangkan, tetapi fantasi itu mungkin lebih banyak menurut pada film-film romantis, buku-buku romantis, lagu-lagu cinta, pikiran yang penuh khayalan, dan gejolak cinta pertama daripada kenyataan.

Saya telah bertemu dengan begitu banyak orang yang masih menyimpan citra dari pasangan yang tepat di hati mereka. Setiap kali mereka menarik keluar citra itu dan membandingkannya dengan pasangan mereka, mereka akan kecewa dengan apa yang telah mereka peroleh.

Waktunya bagi Anda untuk menghadapi kenyataan. Pria dan perempuan biasanya memiliki serangkaian impian tidak realistis yang unik. Berikut beberapa pola impian yang tidak realistis dari wanita:

Suamiku akan mengetahui kebutuhanku. Mengapa ia harus tahu? Suami Anda tidak berpikir ibarat Anda dan tak akan pernah demikian. Berilah ia waktu sejenak. Seandainya Anda memerlukan sesuatu, katakanlah. Jangan bertele-tele: katakan pribadi saja.

Ia akan mengabulkan semua kebutuhanku. Itu mustahil terjadi, sekalipun Anda memberitahukan apa kebutuhan Anda. Tetapi suami Anda akan mengabulkan beberapa. Carilah Tuhan, sahabat-sahabat, dan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sisanya.

Ia akan berbicara lebih banyak kepadaku. Pasti, suami Anda sanggup mencoba lebih keras dan mungkin seharusnya demikian. Tetapi ingat, ia merasa tidak nyaman berbicara banyak sebagaimana halnya Anda, terutama ihwal emosi, kesulitan, dan problem relasi.

Ia akan berbuat sesuai dengan kesanggupannya. Wanita memiliki kemampuan yang menakjubkan untuk melihat potensi yang ada pada pria. Itulah sebagian alasan Anda menikahinya. Dukunglah suami Anda, tetapi sadarilah bahwa ia mungkin tidak akan pernah mencapai semua tujuan yang Anda kira bisa didapatkannya.

Ia tidak akan ibarat laki-laki lain. Tentu saja suami Anda akan ibarat laki-laki lain. Ia memang tidak harus kasar, tidak sopan atau bodoh. Tetapi apakah Anda benar-benar menginginkannya ibarat seorang perempuan? Pria yakni pria.

Dalam batasan-batasan yang wajar, tak ada yang salah dengan impian sehari-hari yang normal ini. Tetapi Anda hanya akan menemui ketidakbahagiaan seandainya Anda terpaku pada harapan-harapan itu. Lepaskan harapan-harapan yang telah membuat suami Anda terbelenggu. Dan jikalau ada impian yang menjadi kenyataan, rayakanlah!

Nah, laki-laki juga memiliki serangkaian impian yang tidak realistis. Tidak lebih baik dan tidak lebih buruk dari impian istrinya. Keduanya sama-sama tidak realistis, tidak beralasan dan tidak adil.

Istriku akan selalu menyampaikan kepadaku apa yang ia perlukan. Pasti, istri Anda yakni spesialis komunikasi, tetapi ia masih memerlukan Anda untuk memberinya waktu, kesempatan bicara dan ketentraman hati tanpa harus meminta.
Ia tidak terlalu ceriwis dan emosi. Nah, ini masalahnya. Jangan minta istri Anda diam. Biarkan ia berbicara, Anda mendengarkan. Biarkan ia menunjukkan emosi, Anda menghibur dan menguatkan.

Ia akan memahami aku. Anda berbeda dari istri Anda. Bagaimana ia sanggup mengerti kecuali Anda membicarakannya. Katakan kepadanya apa yang ada di pikiran dan hati Anda. Hal itu tidak akan membunuh Anda.

Ia akan tegar dan tidak lemah. Anda pikir Anda ingin istri Anda menjadi seorang pria? Biarkan ia tetap feminim. Anda yang harus tegar. Dampingilah ia dan tolonglah ia dikala lemah.

Ia akan tahu bagaimana saya mencintainya. Ya, Anda menunjukkan cinta dengan bekerja keras. Tetapi jangan lupa, istri Anda memerlukan lebih. Ia memerlukan waktu bersama, bunga dan kartu ucapan. Istri Anda mengharapkan Anda mengucapkan “Aku cinta padamu” tidak hanya dikala Anda berada di kamar tidur.
Tidak semua impian itu buruk. Tetapi impian sanggup mengakibatkan kekecewaan. Harapan sanggup menjebak seseorang dalam cara pandang yang egosentris di mana seorang pasangan dibutuhkan “memenuhi kebutuhanku”, “melihat semuanya dengan caraku”, dan “melakukan kehendakku”. Harapan membuat seseorang berkutat dalam ketidakdewasaan, di mana mereka tidak menghadapi kenyataan ijab kabul atau perbedaan-perbedaan yang tidak sanggup dihindari. Ketidakdewasaan menempel pada apa yang diinginkan dan membuat kemarahan dikala tidak memperolehnya.

Sebaliknya, kedewasaan tahu bahwa tak menjadi problem bagaimana seseorang berpikir dan mempercayai kehidupan ibarat yang seharusnya, bahwa setiap pasangan harus hidup dalam realitas. Para pasangan yang sehat akan menyingkirkan harapan-harapan palsu mereka. Mereka dengan senang hati akan mendapatkan perbedaan yang ada di antara mereka dengan pasangan. Mereka menghormati, menghargai dan mensyukuri hal-hal yang berbeda dari pasangan mereka, walaupun itu menghancurkan impian mereka.

Harapan-harapan yang tidak terwujud mengakibatkan sakit hati, dan rasa sakit hati itu pembunuh relasi. Rasa sakit hati itu cuek dan pahit. Rasa sakit hati itu mengacungkan telunjuk yang salah dan melontarkan tuduhan, “Kamu tidak memperlakukan saya ibarat yang patut saya dapatkan.” Rasa sakit hati itu tidak sanggup – atau tidak akan – melihat perspektif orang lain.

Akan tetapi, rasa sakit hati bisa disembuhkan. Fleksibilitas akan membebaskan harapan-harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Pernah dikatakan bahwa, “Dunia ini kejam untuk orang yang keras hati, tetapi ramah bagi orang yang fleksibel.” Pengampunan melepaskan orang dari rasa sakit dan kecewa; pengampunan akan bergerak maju. Pengampunan merupakan anugerah terbesar yang sanggup Anda berikan kepada pasangan Anda – dan diri Anda sendiri. Dan kebaikan hati memeluk pasangan dengan cinta dan bela rasa. Dengan hal-hal ini, ijab kabul Anda akan tumbuh subur.

Sumber : Dr. Steve Stephens – Lost In Translation

Berbagai Sumber

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel