Puisi Ibu Karya Zawawi Imron - foldersoal.com
Tuesday, 8 December 2015
Edit
Puisi Ibu Karya D. Zawawi Imron
IBU
(Oleh: D. Zawawi Imron)
Kalau saya merantau kemudian tiba trend kemarau
Sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
Hanya mata air airmatamu, ibu, yang tetap lancar mengalir
Bila saya merantau
Sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanmu
Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
Lantaran hutang padamu tak kuasa kubayar
Ibu yakni gua pertapaanku
Dan ibulah yang meletakkan saya di sini
Saat bunga kembang menyemerbak bacin sayang
Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
Aku mengangguk meskipun kurang mengerti
Bila kasihmu mirip samudera
Sempit lautan teduh tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
Lokan-lokan, mutiara dan kembang bahari semua bagiku
Kalau saya ikut ujian kemudian ditanya perihal pahlawan
Namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
Lantaran saya tahu engkau ibu dan saya anakmu
Bila saya berlayar kemudian tiba angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
Ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglala
Sesekali tiba padaku
Menyuruhku menulis langit biru
Dengan sajakku Berbagai Sumber
IBU
(Oleh: D. Zawawi Imron)
Kalau saya merantau kemudian tiba trend kemarau
Sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
Hanya mata air airmatamu, ibu, yang tetap lancar mengalir
Bila saya merantau
Sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanmu
Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
Lantaran hutang padamu tak kuasa kubayar
Ibu yakni gua pertapaanku
Dan ibulah yang meletakkan saya di sini
Saat bunga kembang menyemerbak bacin sayang
Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
Aku mengangguk meskipun kurang mengerti
Bila kasihmu mirip samudera
Sempit lautan teduh tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
Lokan-lokan, mutiara dan kembang bahari semua bagiku
Kalau saya ikut ujian kemudian ditanya perihal pahlawan
Namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
Lantaran saya tahu engkau ibu dan saya anakmu
Bila saya berlayar kemudian tiba angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
Ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglala
Sesekali tiba padaku
Menyuruhku menulis langit biru
Dengan sajakku Berbagai Sumber